
Mata uang kripto seperti Bitcoin dan Ethereum telah merevolusi cara kita memandang uang serta sistem keuangan. Aset digital ini menghadirkan platform transaksi nilai yang bersifat tanpa izin dan peer-to-peer, sekaligus menantang dominasi institusi keuangan terpusat. Berkat inovasi seperti blockchain dan distributed ledger, pengembang berhasil menciptakan mata uang tanpa perantara yang dapat diakses secara global. Fondasi teknologi tersebut juga mendorong lahirnya layanan keuangan terdesentralisasi (DeFi), yang kini mengelola nilai miliaran dolar dan menjadi alternatif bagi sistem keuangan terpusat (CeFi) tradisional. Pemahaman tentang DeFi vs CeFi kini menjadi kunci bagi siapa pun yang ingin aktif di dunia cryptocurrency.
Centralized Finance (CeFi) adalah layanan keuangan yang bergantung pada organisasi pihak ketiga untuk mencatat, mengelola, dan memverifikasi transaksi nasabah. Ketika perantara seperti bank, broker, atau perusahaan fintech menyetujui transaksi atau menyimpan aset klien, mereka menjalankan layanan CeFi. Sistem ini telah lama mendominasi pasar keuangan, meski berbeda dengan Traditional Finance (TradFi), yang merujuk pada produk keuangan non-kripto seperti rekening bank, perdagangan saham, atau kredit pemilikan rumah.
Dalam industri kripto, CeFi hadir melalui bursa kripto terpusat di mana platform utama menawarkan layanan trading kripto yang dikendalikan secara sentral. Platform semacam ini mewajibkan pengguna mengisi data know-your-customer (KYC)—mulai dari nomor telepon, alamat rumah, hingga alamat email—sebelum menikmati fitur trading. Secara esensial, bursa terpusat memegang private key seluruh wallet kripto di platform mereka. Karena private key adalah akses penuh atas aset digital, pengguna platform terpusat menghadapi risiko pihak lawan hingga mereka memindahkan aset ke wallet self-custodial.
Decentralized Finance (DeFi) menawarkan layanan keuangan layaknya CeFi, tetapi tanpa perantara terpusat. Aplikasi dan layanan DeFi memanfaatkan blockchain untuk mencatat dan memproses transaksi. Sejak diperkenalkan lewat Bitcoin di tahun 2009, blockchain memakai teknologi kriptografi untuk menegakkan aturan di jaringan komputer terdesentralisasi (node). Node-node tersebut saling bertukar data transaksi, memverifikasi transfer, dan mempublikasikan informasi pada ledger pembayaran sesuai algoritma jaringan.
Meski secara teknis Bitcoin adalah layanan DeFi pertama lewat transfer nilai digital peer-to-peer, istilah DeFi kini lebih merujuk pada ekosistem aplikasi keuangan canggih berbasis smart contract. Perjanjian virtual ini, yang berjalan di blockchain seperti Ethereum, secara otomatis menjalankan tugas terprogram saat syarat tertentu terpenuhi. Contohnya, smart contract di platform pinjaman DeFi akan langsung melepas jaminan kripto saat pembayaran pinjaman terdeteksi. Selain pinjaman, platform trading terdesentralisasi menjadi aplikasi DeFi utama yang menawarkan trading kripto secara peer-to-peer tanpa kustodi terpusat.
Walau DeFi dan CeFi mengelola dana pengguna dengan cara yang berbeda, kedua sistem keuangan ini memiliki sejumlah kesamaan. Perbandingan DeFi vs CeFi menunjukkan bahwa perbedaan utama terletak pada "cara" bukan "jenis" layanan yang diberikan.
DeFi dan CeFi sama-sama menyediakan layanan keuangan seperti pinjaman, trading, dan penyimpanan nilai. Walaupun DeFi berfokus pada aset virtual dan CeFi pada produk keuangan tradisional (mata uang fiat, saham, komoditas), trader bisa mendapatkan layanan serupa di kedua sistem. Keduanya juga diakses secara digital—DeFi sepenuhnya online, sementara CeFi kini semakin menawarkan akses digital melalui aplikasi. Manajemen aset kripto kini lazim di kedua sistem, dengan banyak penyedia CeFi yang telah menambah layanan aset digital ke dalam portofolio tradisional mereka.
Inti perbedaan DeFi vs CeFi ada pada perantara: DeFi memanfaatkan smart contract dan blockchain untuk transaksi peer-to-peer, sementara CeFi bergantung pada pihak ketiga untuk verifikasi transaksi. Hal ini menciptakan risiko yang berbeda—nasabah CeFi harus percaya pada kredibilitas dan kemampuan perantara, sehingga terpapar risiko pihak lawan, sedangkan pengguna DeFi harus yakin pada keamanan kode protokol. Tata kelola juga berbeda: perusahaan CeFi menerapkan struktur hierarkis dengan keputusan di tangan eksekutif, sedangkan aplikasi DeFi biasanya menggunakan governance token untuk voting di decentralized autonomous organization (DAO), sehingga proses pengambilan keputusan lebih demokratis.
Kedua sistem ini memiliki keunggulan dan tantangan yang perlu dipertimbangkan oleh trader kripto saat memilih akses ke aset digital. Perbandingan DeFi vs CeFi menuntut pemahaman atas kelebihan dan kekurangan masing-masing pendekatan.
CeFi menawarkan berbagai keunggulan, mulai dari dukungan pelanggan multikanal (telepon, chat langsung, email, tiket), perlindungan asuransi atas kejadian luar biasa, kemudahan konversi mata uang fiat, hingga antarmuka pengguna yang intuitif. Namun, ada risiko besar: risiko pihak lawan yang mengharuskan kepercayaan pada kemampuan dan keamanan perantara, minimnya transparansi operasional dan pengambilan keputusan, serta potensi sensor berupa pembekuan akun atau penolakan layanan tanpa pemberitahuan.
DeFi menawarkan keunggulan seperti penghapusan titik kegagalan tunggal melalui penyimpanan data terdistribusi di blockchain, kepemilikan aset penuh via wallet self-custodial, transparansi total atas transaksi dan tata kelola, serta akses tanpa batas bagi pemilik internet dan wallet yang kompatibel. Namun, tantangannya tak kalah besar: ancaman peretasan dan bug pada kode smart contract, kebutuhan pemahaman teknis tinggi terkait transfer kripto dan pengelolaan wallet, serta ketiadaan dukungan pelanggan atau asuransi, sehingga tanggung jawab penuh ada pada pengguna.
Pilihan antara DeFi dan CeFi adalah keputusan mendasar mengenai kepercayaan, kendali, dan toleransi risiko dalam pengelolaan aset kripto. CeFi menawarkan layanan yang mudah digunakan dan proteksi institusional, namun menuntut penyerahan kustodi serta penerimaan risiko pihak lawan. Sebaliknya, DeFi memberi kontrol, transparansi, dan akses langsung namun menuntut kompetensi teknis serta tanggung jawab pribadi dalam menjaga keamanan. Seiring ekosistem kripto terus berkembang, pemahaman tentang perbedaan DeFi dan CeFi akan membantu trader mengambil keputusan sesuai tujuan finansial, kemampuan teknis, dan profil risiko mereka. Masa depan keuangan kemungkinan besar akan menggabungkan kedua sistem ini, masing-masing melayani kebutuhan dan preferensi pengguna dalam lanskap aset digital yang semakin luas. Pilihan DeFi atau CeFi bergantung pada kondisi individu, namun pemahaman kedua opsi merupakan kunci sukses di dunia kripto.
CeFi menggunakan bursa terpusat untuk transaksi, sedangkan DeFi memfasilitasi transaksi peer-to-peer di blockchain tanpa perantara. CeFi tunduk pada regulasi, DeFi lebih mandiri.











